Komunikasi Dalam Organisasi
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi,
dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan
dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
dengan bahasa nonverbal.
Beberapa
definisi komunikasi adalah :
Komunikasi
adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu
dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid).
Komunikasi
adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang
pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
Komunikasi
adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain (Davis, 1981).
Komunikasi
adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W).
Komunikasi
adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain,
komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini
bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
Sumber,
Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
Pesan,
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara,
2008;22-24).
Media,
Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima
pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan
tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat
macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media
yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok,
Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka
media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat,
seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal
penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi
kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang
dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang
dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau
khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya
disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media
massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi
(Hafied Cangara, 2008;123-126).
Penerima,
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima
jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering
kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
Pengaruh
atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan,
sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Hafied Cangara,
2008;22-27).
Bagaimana Menyalurkan Ide Melalui Komunikasi
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan - tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
Ide
(gagasan) => Si Sender
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat - tepatnya
juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
Hambatan-Hambatan Komunikasi
Melakukan
komunikasi yang efektif tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak
ada proses komunikasi yang sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat
hambatan. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
Hambatan
yang bersifat objektif, yaitu hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak
disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang
tidak menguntungkan. Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di
tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun
karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame of reference dan field of
reference antara komunikator dengan komunikan.
Hambatan
yang bersifat subjektif, yaitu hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai
upaya penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri
hati, apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan
kalau diklasifikasikan hambatan komunikasi meliputi :
Gangguan
(Noises), terdiri dari :
Gangguan
mekanik (mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan
semantic (semantic noise), yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa,
pengertian suatu istilah atau konsep terdapat perbedaan antara komunikator
dengan komunikan.
Gangguan
personal (personnel noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan
atau komunikator yang sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga
kondisi psikologis, misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
Kepentingan
(Interest) Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya
dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang
akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian
atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
Motivasi
Motif atau daya dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.
Pada umumnya motif seseorang berbeda-beda jenis maupun intensitas dengan yang
lainnya, termasuk intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.
Semakin komunikasi sesuai motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu
dapat diterima dengan baik oleh pihak komunikan.
Prasangka
(Prejudice) Sikap seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua
alternatif like and dislike, atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap
negative (dislike juga tidak simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan
curiga dan menentang komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk
menarik kesimpulan atas dasar stereotif (tanpa menggunakan pikiran rasional).
Emosi sering membutakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak
akan berpikir secara objektif dan segala yang dilihat selalu akan dinilai
negatif.
Evasi
Komunikasi Evasion of communication adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan
suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan
komunikasi. Menurut E. Cooper dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana
Effendi dalam buku “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi” menyatakan beberapa
jenis evasi :
Menyesatkan
pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila seorang mahasiswa
menyerukan pada teman-temannya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan jalan
rajin masuk kuliah, rajin membaca, dan menghormati dosen. Maka komunikasinya
oleh mahasiswa lain mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.
Mencacadkan
pesan komunikasi (message made invalid), contoh : Apabila seorang siswa A tidak
disenangi oleh siswa B, C, D, dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru
BP, maka B mengatakan pada C bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin
mengatakan pada D bahwa A sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E
bahwa A diskor oleh Guru BP.
Mengubah
kerangka referensi (changing frame of reference), menunjukkan seseorang yang
menggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri, menurut
seleranya sendiri tanpa memperhatikan kerangka referensi orang yang akan
diberikan pesan tersebut.
Klasifikasi Komunikasi Dalam Organisasi
Dari Segi
Sifatnya :
Komunikasi
Lisan
Komunikasi
lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau
peralatan yang membatasi mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau
lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi
lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara
alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak
dengan si pembicara dengan lawan bicara.
Komunukasi
Tertulis
Komunikasi
tertulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa
adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat,
jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat
berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
Komunikasi
tertulis juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk
masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat
kabar, majalah, buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi
secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain
sebagainya.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol
verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada
aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu
fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
Komunikasi
Non Verbal
Komunikasi
non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata.
Dari Segi
Arahnya :
Komunikasi
Keatas
Porsi
ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda
dengan komunikasi ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada
hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya,
dalam bentuk kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
Komunikasi
Kebawah
Mengalir
dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah.
Misalnya dalam bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja,
pengumuman, dan sebagainya.
Komunikasi
Diagonal
Merupakan
jalur komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam
situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui
jalur ini.
Komunikasi
Horizontal
Merupakan
pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif
memerlukan juga komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan
integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya,
komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
Komunikasi
Satu Arah
Pemberitahuan
gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
Komunikasi
Dua Arah
Berbicara
dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi.
Dari Segi
Lawannya :
Komunikasi
Satu Lawan Satu
Berbicara
dengan lawan bicara yang sama banyaknya. Contoh : berbicara melalui telepon
Komunikasi
Satu Lawan Banyak (kelompok)
Berbicara
antara satu orang dengan suatu kelompok. Contoh : kelompok warga menginterogasi
maling.
Kelompok
Lawan Kelompok
Berbicara
antara suatu kelompok dengan kelompok lain. Contoh : debat partai politik.
Dari segi
keresmian :
Komunikasi
Formal
Komunikasi
yang memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.
Komunikasi
Informal
Komunikasi
informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan
tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi .
Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan
kelompok informal, penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat
seperti isu , gosip , atau rumor .
Faktor-Faktor Perubahan Organisasi
Secara
garis besar factor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
Faktor
Ekstern
Adalah penyebab
perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi
bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh
karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa
adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu
terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan
organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi
dan peraturan pemerintah.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan
IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi
baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan
perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan
teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup
survive.
Faktor
Intern
Adalah penyebab
perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat
berasal dari berbagai sumber antara lain :
Problem
hubungan antar anggota,
Problem
dalam proses kerja sama, dan
Problem
keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi
yang digunakan.
Perlengkapan
yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan
peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
Proses Perubahan
Proses terjadinya suatu perubahan di
dalam organisasi meliputi enam tahap, hal ini diungkapkan oleh L.C. Megginson,
Donald C.M. dan Paul H.P.,Jr. seperti dikutip oleh T.Hani Handoko.
Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
Tekanan dan
Desakan
Pada tahap ini manajemen tingkat atas
mulai merasakan adanya masalah, tekanan, desakan dan kebutuhan akan suatu
perubahan. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, volume
penjualan dan laba, perputaran tenaga kerja tinggi dan kalahnya persaingan
produk dipasaran, dan sebagainya.
Intervensi dan Reorientasi
Setelah merasakan adanya tekanan dan
desakan, para manajer mulai mencoba berusaha menyelesaikannya dengan mencari
dan menentukan serta merumuskan permasalahan, untuk itu mereka biasanya menyewa
seseorang atau beberapa konsultan atau bisa juga pihak internal (karyawan
perusahaan) sebagai pengantar perubahan.
Diagnosa dan Pengenalan Masalah
Pada tahap ini pengantar perubahan
mulai mengumpulkan berbagai informasi (data), kemudian menganalisanya. Masalah
yang paling penting dikenali dan diperhatikan untuk dipecahkan.
Penemuan dan Komitmen penyelesaian
Pada tahap ke empat ini, pengantar
perubahan dan merangsang pemikiran, kretivitas serta mulai meninggalkan
“metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan mtode-metode baru yang lebih
afektif. Begitu juga untuk penyesuaian dibuatlah rencana program-program
latihan, keterampilan, peningkatan wawasan, dll.
Percobaan dan Pencarian Hasil
Setelah alternatif terbaik untuk
penyelesaian ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya diadakan percobaan
penerapannya untuk diketahui hasilnya.
Penguatan dan Penerimaan
Pada tahap ini, setelah penerapan
program-program kegiatan dalam rangka penyesuaian dengan perubahan ataupun
pengembangannya telah berhasil dan sesuai dengan keinginan, maka kegiatan untuk
perubahan tersebut diusahakan harus diterima oleh para karyawan dan menjadi
penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada perubahan.
Ciri-Ciri Pengembangan Organisasi
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-cirI sebagai berikut :
Merupakan
strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki
sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang
dihadapi oleh organisasi.
Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi.
Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Metode Pengembangan Organisasi
Metode
Pengembangan Perilaku
Metode
pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang
berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan
individu.
Jaringan
Manajerial
Jaringan
Manajerial atau kisi manajerial (manajerial grid) adalah suatu metode
pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan manajerial.
Latihan
Kepekaan
Latihan
Kepekaan (sensitivity training) merupakan latihan dalam kelompok.
Pembentukan
Tim
Pembentukan
Tim (team building) merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan
mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut
pembentukan tim (team building).
Umpan
Balik Survai
Umpan
Balik Survai (survay feedback) adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan
data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang
berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan lain yang ada
pada diri setiap anggota organisasi.
Metode
ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
anggota organisasi. Oleh karena itu yang
dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan
kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para
anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya ialah
latihan di tempat kerja, latihan instruksi
kerja, latihan di luar tempat
pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut
(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya
(Joseph C. Rost.,1993).
Kepemimpinan
sebagai fokus proses-proses kelompok :
Mumfrrord
(1906-1907) : “kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa individu
dalam kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala
sosial “.
Cooley
(1902) : “pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan di lain pihak, seluruk
gerakan sosial bila diuji secara
teliti akan terdiri atas berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut”.
Redl
(1942) : “pemimpin adalah figur
sentral yang mempersatukan kelompok”
Brown
(1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”.
Knickerbocker
(1948) : “kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi
tertentu dan terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Kepemimpinan
sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Bowden
(1926), mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan kepribadian.
Tead
(1929), kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan
individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu.
Bogarus
(1928), kepemimpinan sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat
membuat orang lain berada di bawah pengaruhnya.
Kepemimpinan
sebagai seni mempengaruhi orang lain
Munson
(1921) : ”kepemimpinan sebagai kemampuan menghendle orang lain untuk memperoleh
hasil maksimal dengan friksi sedikit mungkin dan kerja sama yang besar.
Kepemimpinan adalah kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah”.
Stuart :
“kepemimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin,
sehingga dapat menimbulkan kepatuhan, rasa hormat, loyalitas dan kerjasama”.
Bundel
(1930) : “memandang kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi orang lain
mengerjakan apa yang diharapkan supaya orang lain mengerjakan”.
Philips
(1939) : “kepemimpinan adalah pembenahan, pemeliharaan dan pengarahan dari
kesatuan moral untuk mencapai tujuan akhir”.
Kepemimpinan
sebagai penggunaan pengaruh
Shartle
(1951) : “pemimpin dapat dianggap sebagi seorang individu yang menggunakan
pengaruh positif melalui tindakannya terhadap orang lain”.
Tannenbaum,
Weschler dan Massank (1961) : “kepemimpinan sebagai pengaruh interpersonal,
dipraktekan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasiuntuk
mencapai tujuan.
Kepemimpinan
sebagai tindakan atau tingkah laku
Hemphill
(1949) : “kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok”.
Kepemimpinan
sebagai bentuk persuasi
Schenk
(1928) : “kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan
interprestasi dari pada melalui pemaksaan langsung”.
Meson
(1934) : “kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia
dan menghasilkan rasa aman dengan melalui pendekatan secara emosional dari pada
melalui penggunaan otoriter”.
Copeland
(1942) : “kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain, merupakan
seni mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkrit”.
Kepemimpinan
sebagai hubungan kekuasaan
Janda
(1960) : “kepemimpinan sebagai tipe hubungan kekuasaan yang berciri persepsi
anggota kelompok tentang hak anggota kelompok untuk menentukan pola tingkah
laku yang sesuai dengan aktivitas kelompok”.
Warriner
(1955) : “kepemimpinan sebagai bentuk hubungan antara manusia/individu yang
mempersyaratkan konformitas dengan tindakan masing-masing individu”.
Kepemimpinan
sebagai alat mencapai tujuan
Cowley
(1928) : “pemimpin adalah individu yang memiliki program, rencana dan bersama
anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”.
Bellow
(1959) : “kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota
kelompok, termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal
dalam waktu yang singkat.
Kepemimpinan
sebagai akibat dari interaksi
Borgardus
(1929) : “kepemimpinan tidak sebagi penyebab atau pengendali, melainkan sebagai
aklibat dari tindakan kelompok”.
Kepemimpinan
sebagai pembedaan peran
Sherif
(1956) : “menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan peranan di dalam suatu skema
hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan
anggota lainnya”.
Kepemimpinan
sebaga inisiasi struktur
Stogdill
(1955) : “kepemimpinan sebagai permulaan dan pemeliharaan struktur harapan dan
interaksi”.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Tipe
Otokratis. Ciri - cirinya antara lain :
Mengandalkan
kepada kekuatan / kekuasaan,
Menganggap
dirinya paling berkuasa,
Keras
dalam mempertahankan prinsip,
Jauh dari
para bawahan, dan
Perintah
diberikan secara paksa
Tipe
Laissez Faire. Ciri-cirinya antara lain :
Memberi
kebebasan kepada para bawahan,
Pimpinan
tidak terlibat dalam kegiatan,
Semua
pekerjaab dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan,
Tidak
mempunyai wibawa, dan
Tidak ada
koordinasi dan pengawasan yang baik.
Tipe
Paternalistik. Ciri - cirinya antara lain :
Pemimpin
bertindak sebagai bapak,
Memperlakukan
bawahan sebagai orang yang belum dewasa,
Selalu
memberikan perlindungan, dan
Keputusan
ada ditangan pemimpin.
Tipe
Kepemimpinan. Ciri - cirinya antara lain :
Dalam
komunikasi menggunakan saluran formal,
Menggunakan
sistem komanda/perintah,
Segala
sesuatu bersifat formal, dan
Disiplin
yang tinggi, kadang bersifat kaku
Tipe
Demokratis. Ciri - cirinya antara lain :
Berpatisipasi
aktif dalam kegiatan organisasi,
Bersifat
terbuka,
Bawahan
diberi kesempatan untuk member saran dan ide - ide baru,
Dalam
pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat, dan
Menghargai
potensi individu.
Tipe Open
Leadership
Tipe
ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal
pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.
Teori-Teori Kepemimpinan
Teori
orang-orang terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
Teori
lingkungan
Mumtord,
menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan
dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam
dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
Teori
personal situasional
Case
(1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,
yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta
peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
Teori
interaksi harapan
Homan
(1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil
diajak berinteraksi.
Teori humanistic
Likert
(1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan
dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai
dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung.
Teori
pertukaran
Blau
(1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan
segala kewajibannya.
Referensi :
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4327/perubahan_organisasi/metode%20pengembangan%20organisasi.htm
http://coretaneta.blogspot.com/2013/04/definisi-teori-tipe-tipe-kepemimpinan.html
0 comments:
Post a Comment