Friday, May 20, 2016

Kelebihan Nuansa Romantis ala Pidi Baiq dalam Dilan bagian Kedua (dia adalah Dilanku Tahun 1991)



Pidi Baiq mengaku sebagai imigran dari sorga yang diselundupkan ke bumi oleh ayahnya di kamar pengantin dengan keadaan yang tegang. Dia adalah Imam Besar The Panasdalam. Lahir di Bandung, 8 Agustus 1972. Membuat akun Twitter dengan nama @pidibaiq dan selalu merahasiakan password-nya sampai sekarang. Begitulah penjelasan tentang penulis yang tertulis di belakang novel Dilan bagian Kedua (dia adalah Dilanku Tahun 1991). Saat kuliah berada di FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung, dan memiliki istri lulusan Psikologi Universitas Padjadjaran. Dalam buku Drunken Molen, Pidi Baiq benar-benar merasa harus berterima kasih kepada Unpad yang telah memberikan istri seperti istrinya, tidak berterima kasih kepada ITB, begitu humornya dalam buku tersebut. Selain sebagai seniman, musisi, pencipta lagu, penulis, tetapi ayah, begitulah nama panggilan akrab kepada Pidi Baiq, juga adalah seorang pengajar, ilustrator, dan komikus.
Ternyata, karya ini bisa hadir di tengah novel-novel lainnya yang tak kalah keren berkat pengalaman pribadinya. Salah satu penggemar Pidi Baiq bertanya ke akun twitter Pidi Baiq yang bernama @pidibaiq. Apakah novel Dilan ini fiksi atau nyata? Jawaban ayah adalah nyata. Dan diperkuat lagi pada sebuah artikel di www.isrinur.com , dalam artikelnya menceritakan launching novel Dilan bagian Kedua ini. Pidi Baiq berkata bahwa penyusunan novel Dilan ini berdasarkan penglaman nyata dan melibatkan wawancara langsung dengan orang yang menjadi tokoh Milea. Tak heran bila dalam novel ini benar-benar dapat soal suasana kota Bandung, karena ini berdasarkan pengalaman nyata dan Pidi Baiq sendiri besar di kota Bandung.
“Trina, seberangnya ASTI.”
ASTI adalah singkatan dari Akademi Seni Tari Indonesia. Dulu masih bernama ASTI.(2016:141)
Dalam penggalan itu jelas sekali bahwa Pidi Baiq memang dibesarkan di kota Bandung yang menyebabkan novel ini lebih nyata untuk penceritaannya. Pembaca jadi merasakan suasana kota Bandung yang dulu, menambah informasi juga. Pidi Baiq tahu bahwa dahulu namanya bernama ASTI.
Kembali ke Pidi Baiq yang seorang lulusan FSRD ITB. Di dalam novel Dilan bagian Kedua ini dihiasi dengan gambar-gambar buatan Pidi Baiq. Sebelum diterbitkan, Pidi sudah melampirkan novel-novel di dalam blognya yaitu www.ayahpidibaiq.blogspot.co.id. Jadi, jelas sekali masa kuliahnya di FSRD yang membuahkan hasil ia bisa membuat ilustrator gambar sendiri sebelum dikirim ke penerbit.
Visi kepengarangan bisa membuat pembaca menunggu karya selanjutnya dari penulis. Visi berarti tujuan, jelas sekali disini menjelaskan tujuan penulis tersebut mengarang sebuah karya itu untuk apa. Dari visi kepengarangan ini, penulis bisa mendapatkan ciri-ciri yang pasti akan membedakan dirinya dengan penulis lainnya menurut salah satu artikel di www.cabiklunik.blogspot.co.id. Dan, ada salah satu penggemar Pidi Baiq yang menceritakan suasana launching novel Dilan bagian Kedua ini di Bandung pada sebuah web www.isrinur.com. Visi kepengarangan novel ini sebagai novel teenlit. Sebelumnya, Pidi Baiq sempat baca buku teenlit yang ada sekarang, menurutnya “nggak banget” deh. Dan, lahirlah novel Dilan bagian Kedua ini, tentu saja bermula dari novel Dila bagian Pertama.
Pada novel ini, memang Pidi Baiq berusaha menampakkan wujud perbedaan dari novel karyanya dengan yang lain. Dengan latar suasana tahun 90-an inilah yang memperkuat kerasnya penjualan pada novel tersebut. Untuk Dilan bagian Pertama dan Dilan bagian Kedua ini berhasil terjual sebanyak 56.000 eksemplar terhitung pada hari Senin, 21 September 2015 di dalam web www.print.kompas.com. Hampir menyaingi novel Ayah karya Andrea Hirata yang mencapai 60.000 eksemplar.
Menurut Yudiono (1986:117), ciri-ciri dari novel hiburan merupakan ciri-ciri yang ada dalam novel Dilan. Pertama, dibaca hanya untuk kepentingan hiburan semata, karena memang membaca novel Dilan ini hanya sekedar untuk hiburan. Kedua, dapat dibaca sekali, tidak seperti novel serius yang butuh mengerutkan dahi. Dan terakhir,tidak dibahas oleh kritikus sastra. Novel Dilan pun tidak dibahas sama sekali oleh para kritikus sastra.
Model distribusi hingga penjualan novel Dilan mencapai segitu berkat strategi penerbit yang tidak hanya melakukan agenda launching buku, melainkan mempromosikan Novel pada media sosial. Sebagian keseharian remaja saat ini hidup dalam dunia maya, maka pemasaran dengan cara media sosial adalah yang paling tepat di masa ini. Di dalam artikel yang sama, disebutkan bahwa Pidi Baiq aktif di media sosialnya, sehingga tak heran banyak pembaca yang menginginkan novelnya dari pemasaran cara tersebut. Belum lagi, komunitas sisi Milea dan sisi Dilan yang ada, membuat orang-orang yang belum membaca penasaran mengapa sampai ada komunitas seperti itu. Selain dicetak dan dijual di berbagai toko buku, mahalnya kertas menjadikan para penerbit membuat versi e-booknya, menurut salah satu artikel pada sebuah webwww.tempo.co. Yang mengatakan bahwa harga kertas semakin mahal dan menyebabkan penerbit menerbitkan buku digital yang pasti lebih murah.
Novel Dilan bagian Kedua ini adalah novel yang kesembilan. Novel pertamanya berjudul Drunken Molen di tahun 2008, lalu novel Drunken Marmut dan Drunken Mama di tahun 2009. Novel berjudul Al-Asbun dan Hanya Salju dan Pisau Batu di tahun 2010. Setelah itu, novel berjudul S.P.B.U: Dongeng Sebelum Bangun: Dibikin untuk Memenuhi Toko Buku di tahun 2012. Dan di tahun 2014, novel At-Twitter: Google Menjawab Semuanya, Pidi Baiq Menjawab Semaunya dan Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 di tahun 2014. Posisi novel Dilan bagian Kedua ini merupakan berjenis serial Dilan. Sedangkan lainnya seperti jurnal harian Pidi Baiq yang ditulis dengan judul berawalan Drunken, lalu ada dua kitab yang dibuat-buat olehnya yaitu At-Twitter dan Al-Asbun.
Untuk sambutan dari pembaca sendiri, sudah terlihat jelas dari semua komentar yang ada dalam blog pribadi Pidi Baiq yaitu www.ayahpidibaiq.blogspot.com. Baru ngomongin tentang cover novel Dilan bagian Kedua ini saja, antusias pembaca membaca novel tersebut sudah luar biasa. Aspek yang telah banyak memberi pengaruh pada pembaca jelas memposisikan perempuan ala Dilan. Khususnya pembaca laki-laki, ia lebih banyak mendapatkan apa-apa saja taktik yang tidak biasa dilakukan kebanyakan laki-laki, namun disukai perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Baiq, Pidi. 2016. Dilan: dia adalah Dilanku Tahun 1991. Bandung: Pastel Books.
Adji, M. Hum, Muhammad.,Lina Meilinawati, M. Hum., M. Irfan H., M. Hum., & Deva Astarini. 2008. Karya, Pengarang, dan Realitas dalam Novel Pop Indonesia 1970an-2000an. Sumedang: Sastra Unpad Press.

0 comments:

Post a Comment