Cerpen
“Senyum Karyamin” ini salah satu dari 13 cerpen yang berada dalam satu buku
kumpulan puisi yang berjudul “Senyum Karyamin”. Cetakan pertama di tahun 1995
dan sekarang sudah cetakan ke-9 tahun 2013. 13 cerpen yang ada dalam buku
kumpulan cerpen ini rata-rata menceritakan tentang orang-orang kecil dengan
kehidupannya. Sehingga banyak komentar yang keluar dari pembaca, terlalu
monoton menggunakan tema orang-orang kecil.
Walaupun
tema atau cerita dalam cerpen-cerpennya mengambil orang-orang kecil sebagai
tokoh. Namun, itu membuat Ahmad Tohari lebih leluasa dalam ceritanya. Seperti
dalam cerpen Senyum Karyamin, Ahmad Tohari tidak menggunakan bahasa yang berat,
yang susah untuk dipahami untuk sekali baca, melainkan menggunakan kata-kata
yang biasa dipakai sehari-hari dalam penggunaannya.
Senyum
Karyamin menceritakan tentang betapa susahnya menjadi seorang pengumpul batu
yang di dalam cerita belum dibayar juga atas batu-batu yang sudah dikumpulkan
Karyamin dan para warga desa. Lalu ada kehadiran Saidah, penjual nasi pecel
yang senantiasa datang ke tempat pengepul untuk menagih utang kawan-kawan
Karyamin.
Saya
akan sedikit membahas apa saja yang ada dalam cerpen Senyum Karyamin karya
Ahmad Tohari ini.
Tema
yang ada dalam cerpen ini ialah pantang menyerah. Seorang Karyamin sebagai
pengumpul batu, walaupun belum dibayar-bayar oleh si pengepul batu, tetap
melaksanakan kerjanya. Walaupun dari sungai ke tempat pengepul jalanan yang
dilalui tidak mulus. Dua kali Karyamin ikut berkejaran dengan batu-batu ke
bawah ketika tanjakan, namun Karyamin kembali mengambil batu-batunya yang
berjatuhan itu.“Pagi ini Karyamin sudah
dua kali tergelincir. Tubuhnya rubuh lalu menggelinding ke bawah, berkejaran
dengan batu-batu yang tumpah dari keranjangnya.”
Pengorbanan
pun menjadi tema dalam cerpen. Karyamin melakukan pekerjaannya agar kebutuhan
istrinya di rumah dapat tercukupi, walaupun pada kenyataannya Karyamin belum
mendapatkan hasil dari pekerjaannya. Pengorbanan Karyamin disampaikan sangat
jelas lewat kisahnya sebagai pengumpul batu.
Sudut
pandang yang digunakan dalam cerpen ialah sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Tidak ada kata aku dalam menyebutkan tokoh Karyamin. Hanya menggunakan
nama Karyamin dan ia. Menjelaskan bahwa di dalam cerpen sudut pandang
menggunakan orang ketiga serba tahu.
Adapun
tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen. Yang pertama ialah Karyamin, sebagai tokoh
utama dalam cerpen. Karyamin berwatak sabar, bertanggung jawab, dan tidak enak
hati. Sabar di sini ketika Karyamin ditertawakan oleh kawan-kawannya ketika ia
kembali jatuh saat mengambil batu dari sungai, tetapi ia hanya menatap
kawan-kawannya dan tersenyum. Lalu, tidak enak hati ketika Saidah menawarkan
makan, ia hanya berkata tidak dan tersenyum walaupun perutnya sudah sangat
melilit karena lapar. Dan ketika pak Pomang menagih iuran untuk Afrika, ia
tersenyum bukan untuk mengejek pak Pamong. Tersenyum Karyamin di sini untuk
menyembunyikan ketidakmampuannya membayar iuran tersebut. Dan ia tetap bekerja
untuk bertanggung jawab atas tanggungannya terhadap istri walaupun kondisi
fisiknya bisa dibilang sangat lemah.
Lalu
ada Saidah, penjual nasi pecel. Saidah berwatak baik dalam cerpen Senyum
Karyamin. Terlihat ketika Saidah menawarkan makan kepada Karyamin, ia rela
menunggu Karyamin membayar kembali nasi pecelnya asal Karyamin saat itu makan.“Makan, ya Min? aku tak tahan melihat orang
lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar menunggu tengkulak datang. Batumu juga
belum dibayarnya, kan?”
Latar
tempatnya di tepi sungai dibuktikan dengan kalimat, “Diperhatikannya Karyamin yang berjalan melalui lorong liar sepanjang
tepi sungai.”Lalu di sungai dibuktikan dengan kalimat, “Air sungai mendesau-desau oleh langkah-langkah mereka. Ada daun jati
melayang, kemudian jatuh di permukaan sungai dan bergerak menentang arus karena
tertiup angin.”
Ketika
saya membaca satu kalimat ini “Dia ingin memungutnya, tetapi urung karena pada
buah itu terlihat jelas bekas gigitan kampret.”
Untuk seseorang yang tidak tahu istilah kampret, mungkin mereka akan menyangka
kata ini sebagai umpatan kepada seseorang yang menyebalkan bagi mereka. Namun
dalam cerpen ini, ialah sejenis kelelawar yang berbentuk kecil. Untuk lebih
jelas perbedaan kalong, codot, dan kampret bisa digoogling. Penggunaan kata ini
bisa kembali mengenalkan bahwa sesungguhnya kampret ialah seekor kelelawar yang
saat ini digunakan untuk mengumpat ke seseorang yang menyebalkan.
Sudah
dijelaskan, bahwa Ahmad Tohari ingin menampilkan kehidupan sang pengumpul batu
melalui tokoh Karyamin dalam cerpen Senyum Karyamin ini. Banyak amanat yang
tersirat dari cerpen tersebut. Pertama, jangan bersenang-senang di atas
penderitaan seseorang. Walaupun hanya untuk melepas penat dalam hidup.
0 comments:
Post a Comment