Thursday, April 14, 2016

Ada Duka di Balik Senyuman dari Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari



Cerpen “Senyum Karyamin” ini salah satu dari 13 cerpen yang berada dalam satu buku kumpulan puisi yang berjudul “Senyum Karyamin”. Cetakan pertama di tahun 1995 dan sekarang sudah cetakan ke-9 tahun 2013. 13 cerpen yang ada dalam buku kumpulan cerpen ini rata-rata menceritakan tentang orang-orang kecil dengan kehidupannya. Sehingga banyak komentar yang keluar dari pembaca, terlalu monoton menggunakan tema orang-orang kecil.
Walaupun tema atau cerita dalam cerpen-cerpennya mengambil orang-orang kecil sebagai tokoh. Namun, itu membuat Ahmad Tohari lebih leluasa dalam ceritanya. Seperti dalam cerpen Senyum Karyamin, Ahmad Tohari tidak menggunakan bahasa yang berat, yang susah untuk dipahami untuk sekali baca, melainkan menggunakan kata-kata yang biasa dipakai sehari-hari dalam penggunaannya.
Senyum Karyamin menceritakan tentang betapa susahnya menjadi seorang pengumpul batu yang di dalam cerita belum dibayar juga atas batu-batu yang sudah dikumpulkan Karyamin dan para warga desa. Lalu ada kehadiran Saidah, penjual nasi pecel yang senantiasa datang ke tempat pengepul untuk menagih utang kawan-kawan Karyamin.
Saya akan sedikit membahas apa saja yang ada dalam cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari ini.
Tema yang ada dalam cerpen ini ialah pantang menyerah. Seorang Karyamin sebagai pengumpul batu, walaupun belum dibayar-bayar oleh si pengepul batu, tetap melaksanakan kerjanya. Walaupun dari sungai ke tempat pengepul jalanan yang dilalui tidak mulus. Dua kali Karyamin ikut berkejaran dengan batu-batu ke bawah ketika tanjakan, namun Karyamin kembali mengambil batu-batunya yang berjatuhan itu.“Pagi ini Karyamin sudah dua kali tergelincir. Tubuhnya rubuh lalu menggelinding ke bawah, berkejaran dengan batu-batu yang tumpah dari keranjangnya.”
Pengorbanan pun menjadi tema dalam cerpen. Karyamin melakukan pekerjaannya agar kebutuhan istrinya di rumah dapat tercukupi, walaupun pada kenyataannya Karyamin belum mendapatkan hasil dari pekerjaannya. Pengorbanan Karyamin disampaikan sangat jelas lewat kisahnya sebagai pengumpul batu.
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ialah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Tidak ada kata aku dalam menyebutkan tokoh Karyamin. Hanya menggunakan nama Karyamin dan ia. Menjelaskan bahwa di dalam cerpen sudut pandang menggunakan orang ketiga serba tahu.
Adapun tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen. Yang pertama ialah Karyamin, sebagai tokoh utama dalam cerpen. Karyamin berwatak sabar, bertanggung jawab, dan tidak enak hati. Sabar di sini ketika Karyamin ditertawakan oleh kawan-kawannya ketika ia kembali jatuh saat mengambil batu dari sungai, tetapi ia hanya menatap kawan-kawannya dan tersenyum. Lalu, tidak enak hati ketika Saidah menawarkan makan, ia hanya berkata tidak dan tersenyum walaupun perutnya sudah sangat melilit karena lapar. Dan ketika pak Pomang menagih iuran untuk Afrika, ia tersenyum bukan untuk mengejek pak Pamong. Tersenyum Karyamin di sini untuk menyembunyikan ketidakmampuannya membayar iuran tersebut. Dan ia tetap bekerja untuk bertanggung jawab atas tanggungannya terhadap istri walaupun kondisi fisiknya bisa dibilang sangat lemah.
Lalu ada Saidah, penjual nasi pecel. Saidah berwatak baik dalam cerpen Senyum Karyamin. Terlihat ketika Saidah menawarkan makan kepada Karyamin, ia rela menunggu Karyamin membayar kembali nasi pecelnya asal Karyamin saat itu makan.“Makan, ya Min? aku tak tahan melihat orang lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar menunggu tengkulak datang. Batumu juga belum dibayarnya, kan?”
Latar tempatnya di tepi sungai dibuktikan dengan kalimat, “Diperhatikannya Karyamin yang berjalan melalui lorong liar sepanjang tepi sungai.”Lalu di sungai dibuktikan dengan kalimat, “Air sungai mendesau-desau oleh langkah-langkah mereka. Ada daun jati melayang, kemudian jatuh di permukaan sungai dan bergerak menentang arus karena tertiup angin.”
Ketika saya membaca satu kalimat ini “Dia ingin memungutnya, tetapi urung karena pada buah itu terlihat jelas bekas gigitan kampret.” Untuk seseorang yang tidak tahu istilah kampret, mungkin mereka akan menyangka kata ini sebagai umpatan kepada seseorang yang menyebalkan bagi mereka. Namun dalam cerpen ini, ialah sejenis kelelawar yang berbentuk kecil. Untuk lebih jelas perbedaan kalong, codot, dan kampret bisa digoogling. Penggunaan kata ini bisa kembali mengenalkan bahwa sesungguhnya kampret ialah seekor kelelawar yang saat ini digunakan untuk mengumpat ke seseorang yang menyebalkan.
Sudah dijelaskan, bahwa Ahmad Tohari ingin menampilkan kehidupan sang pengumpul batu melalui tokoh Karyamin dalam cerpen Senyum Karyamin ini. Banyak amanat yang tersirat dari cerpen tersebut. Pertama, jangan bersenang-senang di atas penderitaan seseorang. Walaupun hanya untuk melepas penat dalam hidup.
Kedua, apapun yang terjadi dalam hidup ini tampilkan yang terbaik di hadapan orang lain. Kalau bisa disembunyikan masalah itu, usahakan sembunyikan dengan senyuman seperti Karyamin dalam cerpen tersebut.

0 comments:

Post a Comment