Tuesday, April 26, 2016

Antologi Puisi - Puisi Indonesia Modern Anak-anak

Data Buku :
Judul               : Puisi Indonesia Modern Anak-anak.
Karya              : gabungan puisi dari beberapa penyair, antara lain Chairil Anwar, Amir Hamzah, Eka Budianta, Roestam Effendi, Rendra, Sapardi Djoko Darmono, Subagio Sastrowardoyo, Sutardji C Bachri, Taufik Ismail.
Penerbit           : Yayasan Obor Indonesia.
Tebal buku      : 95 halaman.
Tahun terbit     : cetakan pertama Januari 2003, cetakan kedua Februasi 2007, cetakan ketiga April 2008.

 
            Buku antologi puisi ini, merupakan beberapa kumpulan puisi dari penyair-penyair yang sudah terkenal di Indonesia. Antologi puisi ini memang sengaja disusun oleh Yayasan Obor Indonesia untuk memperkenalkan puisi dari berbagai penyair terkenal Indonesia untuk para generasi muda. Karya puisi yang dimuatnya terdiri dari Chairil Anwar, Amir Hamzah, Eka Budianta, Roestam Effendi, Rendra, Sapardi Djoko Darmono, Subagio Sastrowardoyo, Sutardji C Bachri, Taufik Ismail. Pada buku antologi ini menampilkan setiap karya puisi penyair rata-rata 2-5 karya puisi. Namun, agar lebih terarah akan di fokuskan untuk mengkaji gaya kepenulisan Chairil Anwar dan Taufiq Ismail.
            Dalam penulisan puisinya Chairil Anwar banyak menggunakan diksi-diksi konotatif, atau kalimat-kalimat perumpaman. Sehingga, agak sulit untuk memahami makna apa yang ingin disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisinya. Untuk memahami puisi-puisi karya Chairil Anwar, pembaca harus membacanya berulang-ulang agar dapat memahami maknanya. Meskipun menggunakan kalimat-kalimat konotatif yang agak sulit dipahami, namun Chairil Anwar tetap menampilkan nilai keindahan dalam puisinya melalui pilihan-pilihan katanya. Bentuk kepenulisan puisi-puisi Chairil Anwar sebagian besar berarah dari kiri ke kanan, tetapi ada juga bentuk kepenulisan puisi yang sangat menjorok ke kanan. Sepertinya hal ini di maksudkan untuk memberi kesan dan makna tersendiri untuk setiap puisinya..
            Sedangkan puisi Taufiq Ismail berbeda dengan puisi Chairil Anwar. Dalam penulisan puisi-puisi Taufiq Ismail, ia memilih menggunakan diksi konotatif atau kata dengan makna yang sesungguhnya. Pemilihan kata-kata yang lugas menjadikan puisi-puisi Taufiq Ismail dapat dengan mudah dipahami. Makna yang ingin di sampaikannya pun dapat di terima dengan mudah oleh para pembacanya. Misalnya pada puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya”, sayair terakhir puisi ini berbunyi “belum pernah seumur hidup, orang-orang berterima-kasih begitu jujurnya, pada orang kecil seperti kita”. Dari kutipan puisi tersebut dapat dilihat, bahwa betapa bahagianya seorang tukang rambutan sebagai orang kecil yang mendapatkan ucapan terimakasih yang diucapkan dengan sangat jujur dan ikhlas oleh seorang manusia. bentuk kepenulisan puisi Taufiq Ismail rata-rata hampir seperti pada puisi seperti biasanya. Namun, pada bentuk kepenulisan puisi “Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya”, Taufiq Ismail seperti ingin menggambarkan bentuk penulisan puisi yang di narasikan seperti orang yang sedang bercerita. Ini terlihat pada isi puisinya yang menampilkan dialog-dialog antara tukang rambutan dengan mahasiswa untuk menunjang makna yang ingin di sampaikannya.

0 comments:

Post a Comment