Data
Buku :
Judul
:
Puisi Indonesia Modern Anak-anak.
Karya : gabungan puisi dari
beberapa penyair, antara lain Chairil Anwar, Amir Hamzah, Eka Budianta,
Roestam Effendi, Rendra, Sapardi Djoko Darmono, Subagio
Sastrowardoyo, Sutardji C Bachri, Taufik Ismail.
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia.
Tebal
buku : 95 halaman.Tahun terbit : cetakan pertama Januari 2003, cetakan kedua Februasi 2007, cetakan ketiga April 2008.
Buku
antologi puisi ini, merupakan beberapa kumpulan puisi dari penyair-penyair yang
sudah terkenal di Indonesia. Antologi puisi ini memang sengaja disusun oleh
Yayasan Obor Indonesia untuk memperkenalkan puisi dari berbagai penyair
terkenal Indonesia untuk para generasi muda. Karya puisi yang dimuatnya terdiri
dari Chairil Anwar, Amir Hamzah, Eka Budianta, Roestam Effendi, Rendra, Sapardi
Djoko Darmono, Subagio Sastrowardoyo, Sutardji C Bachri, Taufik Ismail. Pada
buku antologi ini menampilkan setiap karya puisi penyair rata-rata 2-5 karya
puisi. Namun, agar lebih terarah akan di fokuskan untuk mengkaji gaya
kepenulisan Chairil Anwar dan Taufiq Ismail.
Dalam
penulisan puisinya Chairil Anwar banyak menggunakan diksi-diksi konotatif, atau
kalimat-kalimat perumpaman. Sehingga, agak sulit untuk memahami makna apa yang
ingin disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisinya. Untuk memahami puisi-puisi
karya Chairil Anwar, pembaca harus membacanya berulang-ulang agar dapat
memahami maknanya. Meskipun menggunakan kalimat-kalimat konotatif yang agak
sulit dipahami, namun Chairil Anwar tetap menampilkan nilai keindahan dalam
puisinya melalui pilihan-pilihan katanya. Bentuk kepenulisan puisi-puisi
Chairil Anwar sebagian besar berarah dari kiri ke kanan, tetapi ada juga bentuk
kepenulisan puisi yang sangat menjorok ke kanan. Sepertinya hal ini di
maksudkan untuk memberi kesan dan makna tersendiri untuk setiap puisinya..
Sedangkan
puisi Taufiq Ismail berbeda dengan puisi Chairil Anwar. Dalam penulisan
puisi-puisi Taufiq Ismail, ia memilih menggunakan diksi konotatif atau kata
dengan makna yang sesungguhnya. Pemilihan kata-kata yang lugas menjadikan
puisi-puisi Taufiq Ismail dapat dengan mudah dipahami. Makna yang ingin di
sampaikannya pun dapat di terima dengan mudah oleh para pembacanya. Misalnya
pada puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya”,
sayair terakhir puisi ini berbunyi “belum
pernah seumur hidup, orang-orang berterima-kasih begitu jujurnya, pada orang
kecil seperti kita”. Dari kutipan puisi tersebut dapat dilihat, bahwa
betapa bahagianya seorang tukang rambutan sebagai orang kecil yang mendapatkan
ucapan terimakasih yang diucapkan dengan sangat jujur dan ikhlas oleh seorang
manusia. bentuk kepenulisan puisi Taufiq Ismail rata-rata hampir seperti pada
puisi seperti biasanya. Namun, pada bentuk kepenulisan puisi “Seorang Tukang
Rambutan dan Istrinya”, Taufiq Ismail seperti ingin menggambarkan bentuk
penulisan puisi yang di narasikan seperti orang yang sedang bercerita. Ini
terlihat pada isi puisinya yang menampilkan dialog-dialog antara tukang
rambutan dengan mahasiswa untuk menunjang makna yang ingin di sampaikannya.
0 comments:
Post a Comment