MENEMUKAN JODOH MELALUI NOVEL
Persoalan tentang perjodohan
bukanlah sebuah persoalan baru yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat,
baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar negeri. Berbagai cara ditempuh
agar setiap manusia dapat menemukan jodoh terbaiknya masing-masing. Ketika
seseorang belum menemukan jodohnya, terkadang orang-orang terdekatlah yang
membantu mereka mendapatkan jodoh. Dari sinilah timbul berbagai macam konsep
tentang perjodohan. Timbulnya berbagai macam konsep tentang masalah cinta dan
perjodohan merupakan hal yang cukup menarik untuk diceritakan kembali. Masyarakat
sudah mengenal tentang istilah perjodohon sejak zaman dahulu. Melihat keadaan seperti
ini, para penulis sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang banyak yang
mengangakt tulisannya dengan tema perjodohan. Para penulis yang pernah menulis
novel tentang konsep perjodohan diantaranya adalah Marah Rusli dengan novelnya
yang berjudul Siti Nurbaya, Ilana Tan dengan novelnya yang berjudul In a Blue Moon,
Maya Lestari dengan novelnya yang berjudul Love, Interrupted dan masih banyak
yang lainnya.
Awal perkembangan novel
dimulai dengan timbulnya novel-novel Melayu Cina sekitar tahun 1885. Sedangkan
di Indonesia pada tahun 1920 dianggap sebagai tahun lahirnya kesusastraan
Nasional yang ditandai dengan lahirnya novel Azab dan Sengsara karya Merari
Siregar. Kemudian pada awal abad ke-20an, lahirlah angkatan Balai Pustaka.
Sekelompok penggarang pada angkatan Balai Pustaka memiliki tujuan untuk
memberikan pendidikan budi pekerti dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
bacaan. Dalam perkembangannya, angkatan ini sebenarnya diciptakan oleh
orang-orang Belanda. Tujuan mereka mendirikan angkatan Balai Pustaka sebenarnya
bukan untuk mengembangkan dan memajukan karya sastra Indonesia, melainkan untuk
kepentingan politik belaka. Sebagian besar karya sastra pada angkatan Balai
Pustaka, bertemakan tentang perjodohan atau kawin paksa. Contoh novel yang
bertemakan perjodohan pada angkatan Balai Pustaka yaitu novel Siti Nurbaya
karya Marah Rusli.
Novel Siti Nurbaya
karya Marah Rusli menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang bernama
Siti Nurbaya yang terpaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Ia
terpaksa meninggalkan kekasihnya yang bernama Samsul Bahri. Saat itu Samsul
Bahri sedang sedang melanjutkan sekolahnya di stovia, Jakarta. Siti Nurbaya
terpaksa menikah dengan Datuk Maranggih karena untuk menyelamatkan ayahnya dari
hutang-hutang yang membelitnya. Sebelum ia menikah dengan Datuk Maringgih, ia
pernah mengirimkan surat kepada Samsul Bahri dan menceritakan tentang keadaan
yang sedang menimpa keluarganya.
Pada suatu hari ketika
Samsul bahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata
dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan
itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti
Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras.
Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan
menghembuskan nafas terakhir. Mendengar itu, ayah Samsul Bahri, yaitu Sultan
Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang merasa malu atas perbuatan
anaknya. Sehingga Samsul Bahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk
tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak
tinggal diam, karena Siti Nurbaya diusirnya.
Siti Nurbaya yang
mendengar bahwa kekasihnya diusir oleh orang tuanya, berniat untuk pergi
menyusul Samsul Bahri ke Jakarta. Tetapi, niatnya itu diketahui oleh kaki
tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih
yang di bantu oleh kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan
polisi. Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang
beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti
Nurbaya itu terdengar oleh Samsul Bahri sehingga ia menjadi putus asa dan
mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi ia tak meninggal saat melakukan usaha
bunuh diri. Sejak saat itu Samsul Bahri tidak meneruskan sekolahnya dan
memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian,
dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat
ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsul Bahri yang telah berpangkat
Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsul Bahri yang mengubah namanya
menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk
Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsul Bahri
menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur. Namun, sebelum tewas ia sempat
membacok kepala Samsul Bahri dengan parangnya.
Samsul Bahri alias
Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang
ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu
merenggut sebelum Samsul Bahri sempat bertemu dengan orangtuanya.
Dapat dilihat bahwa di
dalam cerita novel Siti Nurbaya, tema yang sangat menonjol adalah tema
perjodohan. Meskipun Siti Nurbaya merupakan novel lama yang mengangkat tema
perjodohan yang banyak terjadi pada zaman dahulu. Namun, pada kenyataannya
sampai saat ini masih saja terjadi persoalan tentang perjodohan pada
masyarakat. Tema perjodohan pun sampai sekarang masih banyak diceritakan
kembali oleh para penulis saat ini. Salah satu penulis yang mengangkat tema
perjodohan adalah Ilana Tan dengan novelnya yang berjudul In a Blue Moon.
Berbeda dengan Marah
Rusli. Konsep perjodohan yang ditulis Ilana Tan terkesan lebih modern. Hal ini
terlihat dari alur cerita yang disampaikan Ilana Tan dalam novelnya. Pada novel
In a Blue Moon, konsep perjodohan bukan di latar belakangi oleh paksaan orang
tua, seperti novel Siti Nurbaya. Namun, perjodohan terjadi karena kakek Lucas
menginginkan cucunya menikah dengan cucu sahabatnya. Lalu dalam novel ini,
kedua tokoh utamanya yaitu Lucas Ford dan Sophie Wilson pada akhirnya saling
jatuh cinta. Meskipun pada awalnya Sophie sangat membenci Lucas karena tindakan
Lucas sewaktu mereka berdua masih SMA. Mengetahui
bahwa Sophie membenci Lucas sejak SMA, kakek Sophie yang merupakan sahabat
dekat kakek Lucas pun tidak memaksakan Sophie untuk menerima acara perjodohan
itu. Ia hanya menginginkan Sophie bahagia dengan pilihannya sendiri.
Lucas menerima
keputusan kakeknya yang menjodohkan dia dengan Sophie bukan karena terpaksa
seperti Siti Nurbaya yang menerima perjodohannya dengan Datuk Maringgih. Lucas
menerima perjodohan itu karena Lucas ingin membuktikan kepada Sophie, bahwa ia
bukanlah Lucas sepuluh tahun yang lalu. Walaupun beberapa kali mendapatkan
penolakan dari Sophie yang masih menganggap bahwa Lucas belum berubah, Namun,
Lucas tak pernah menyerah untuk meyakinkan Sophie bahwa dirinya telah berubah
menjadi orang yang lebih baik. Akhirnya usaha Lucas tidak sia-sia. Ia berhasil
membuat Sophie memaafkannya dan membuat Sophie jatuh cinta kepada dirinya,
seperti ia yang sudah jatuh cinta kepada Sophie sejak mereka masih SMA.
Pada novel ini Ilana
Tan juga memberi tahu kepada para pembaca bahwa tradisi perjodohan bukan hanya
terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di luar negeri. Hal ini dibuktikan oleh penulis yang mengambil
setting latar tempat di Amerika. Tradisi perjodohan sering dianggap sebagai
tradisi kuno yang hanya dilakukan oleh orang-orang pada zaman dahulu. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan salah satu tokoh dalam novel In a Blue Moon “astaga,
memangnya kita hidup di zaman apa?”. Dari kutipan dialog tersebut terlihat
bahwa pada zaman sekarang tradisi perjodohan adalah tradisi yang sudah jarang
bahkan tidak ditinggalkan oleh masyarakat.
Di Indonesia tradisi
perjodohan masih sering ditemui terutama pada masyarakat daerah-daerah
tertentu. Tradisi perjodohan dilakukan oleh kedua orang tua belah pihak dengan
tujuan agar anak-anak mereka tidak salah dalam hal memilih jodoh. Namun,
tekadang orang tua juga lupa memikirkan perasaan anaknya yang akan dijodohkan. Dari novel In a Blue
Moon karya Ilana Tan ini kita dapat belajar bahwa di dalam kehidupan keluarga
juga harus memiliki sikap demokrasi dan juga menghargai keputusan orang lain
untuk menentukan kehidupannya, termasuk soal jodoh.
0 comments:
Post a Comment